12 Mei 2009

Pendekatan Spiritual Korupsi


Pendekatan Spiritual Korupsi
Judul buku : Kisah-kisah Islam Anti Korupsi
Penulis : Nasiruddin Al-Barabbasi
Editor : Yadi Saeful Hidayat
Penerbit : Mizania
Tahun terbit : Cetakan pertama, Maret 2009
Tebal buku : 272 halaman
Beberapa waktu belakangan ini semakin merebak berita mengenai tindakan korupsi yang melibatkan berbagai pihak, antara lain, pejabat pemerintahan, pejabat perusahaan, dan lain-lain. Berita-berita tentang perbuatan haram tersebut seringkali kita saksikan di berbagai media massa yang beredar di masyarakat dewasa ini, baik media cetak maupun media elektronik. Bahkan, minggu-minggu ini kita sering menyaksikan di seluruh media yang memuat kasus Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar, yang diperiksa pihak kepolisian karena dugaan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnain, kepala salah satu BUMN di negara kita ini. Meskipun belum jelas kaitannya dengan tindakan korupsi – karena sedang dalam pemeriksaan pihak kepolisian, paling tidak kasus tersebut telah membuat lembaga pemberantas korupsi itu mem-booming (baca: menjadi objek pembicaraan) di tengah-tengah masyarakat kita belakangan ini.
Dengan bergulirnya waktu, telah dirasakan bahwa Indonesia bukannya berkembang menuju arah yang lebih baik melainkan berkembang ke arah yang lebih buruk. Korupsi merajalela di mana-mana, di lembaga pemerintahan, lembaga peradilan, bahkan yang sangat mencengangkan adalah korupsi pun terjadi di Departemen Agama RI yang notabene-nya merupakan orang-orang yang ‘mengerti’ agama. Karena banyaknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini, negara kita telah dinobatkan sebagai negara terkorup pertama di Asia pada tahun 2005.
Penulis memandang bahwa fenomena praktek korupsi yang penulis sebutkan di atas terjadi karena ada dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal yaitu faktor yang timbul dari individu pelaku itu sendiri yang ‘serakah’ terhadap kebutuhan duniawi dan ingin pula memperoleh kekayaan melalui jalan pintas, tanpa melakukan banyak usaha. Masalah individu inilah yang menjadi permasalahan utama. Tindakan korupsi terjadi karena individu tidak mempunyai nilai moral yang dapat mencegah praktik korupsi yang dilakukan oleh seseorang. Hal situasional seperti adanya peluang korupsi tidak akan mendukung terjadinya korupsi apabila individu memiliki nilai moral yang berintegrasi menjadi kepribadian yang kokoh. Intinya, korupsi tidak akan terlaksana oleh seseorang bila seseorang tersebut memiliki kekuatan moral yang kokoh untuk menangkal praktek haram tersebut. Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar pribadi koruptor (masalah sistem), misalnya hukuman bagi para koruptor selama ini yang tak tegas (ringan) dapat membuat mereka ‘ketagihan’ untuk melakukan aksi korupsi lagi, sehingga membuat mereka tak takut akan hukuman yang dijatuhi kepadanya. Adapula sebagian masyarakat yang menganggap bahwa korupsi itu merupakan suatu hal yang biasa. Mereka menilai korupsi bukan hal yang tabu lagi. Semua itu menjadi faktor seseorang akan melakukan aksi korupsinya.
Korupsi di Indonesia sudah tergolong extra ordinary crime karena telah merusak. Yang dirusak adalah tidak hanya keuangan negara dan potensi ekonomi negara saja, tetapi juga telah menghancurleburkan sendi-sendi sosio-budaya, moral, politik, dan tatanan hukum serta keamanan nasional. Oleh karena itu, pemberantasannya tidak bisa hanya dilakukan oleh instansi tertentu dan tidak bisa juga dengan pendekatan parsial, tetapi harus dilaksanakan secara komprehensif oleh kita bersama (oleh aparat berwenang, masyarakat, mahasiswa, dan lain-lain).
Untuk memberantas polemik di atas, salah satu caranya adalah dengan menggunakan pendekatan spiritualistik, yaitu dengan menanamkan konsep-konsep yang bersifat spiritual, dengan menanamkan rasa takut kepada Tuhan dan azab-azab-Nya kepada orang yang melakukan kejahatan sehingga dirinya dapat menghindari untuk melakukan praktik korupsi tersebut. Pemahaman terhadap agama harus dikuasai semenjak dini dengan kuat agar dapat membawa setiap individu pada saat bergelut di dunia kerja kelak. Tindakan-tindakan korupsi selama ini diharapkan dapat dijadikan bahan pelajaran bagi generasi muda agar pada masa depan, ketika memimpin bangsa nanti, tidak melakukan korupsi seperti yang terjadi selama ini. Generasi muda harus dijauhkan dari pengaruh korupsi.
Kisah-kisah Islam Anti Korupsi sangat cocok dibaca oleh semua kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun bawah. Buku ini sejalan dengan paparan penulis di atas mengenai pendekatan spiritualistik. Yang dimuat dalam buku ini adalah pengalaman-pengalaman atau kisah-kisah para sahabat dan para tabi’in yang dengan teguh hati memegang pendirian mereka untuk tidak melakukan perbuatan korupsi. Mereka dengan sepenuh hati untuk selalu berbuat jujur di manapun mereka berada karena mereka mempunyai pemahaman agama yang sangat tinggi. Mereka menyadari bahwa sekecil apapun perilaku korupsi yang mereka lakukan, maka akan dibalas oleh Allah Swt dengan balasan yang berat. Dengan membaca buku ini, diharapkan dapat memberikan setitik embun sejuk kepada para pejabat yang tengah berada dalam keterombang-ambingan hidup untuk melakukan tindak korupsi, menyuap, dan lain-lain. Dengan begitu, diharapkan pula dapat mengurangi tindak korupsi yang kian merajalela di bumi Nusantara ini. Semoga!
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar