25 Mei 2009

Mencari Kehidupan di Bus Damri


Damri, Tempat Mencari Sesuap Nasi
Saat itu, mentari tak terlalu membuat dingin dan tak pula membuat tubuh ini gerah. Angin sepoi-sepoi terasa sangat memesona. Di Pintu Tol Moh. Toha berjejer para pencari rezeki: ada tukang koran, ada pengamen, dan bahkan, ada pula para pengemis. Mereka sedang duduk asyik di tempat duduk semen yang ada di sana. Saya baru saja turun dari angkot Banjaran-Tegallega dan tiba di lokasi itu untuk menunggu bus yang akan membawa saya ke Jatinangor, tempat kuliah saya. Kulihat raut muka mereka penuh pengharapan. Harapan agar hari ini dapat memperoleh uang untuk menghidupi keluarga-keluarga mereka.
Tak lama kemudian, datanglah bus yang kutunggu-tunggu: bus Damri Jurusan Elang-Jatinangor. Saya langsung menaiki bus itu dari pintu belakang. Ketika tiba di sana, Damri langsung diserbu oleh para pencari nafkah tadi. Mereka masuk bergiliran dari pintu depan dan keluar dari pintu belakang. Pertama, tukang koran. Kedua, tukang majalah. Ketiga, penjual air mineral. Keempat, penjual makanan ringan. Kemudian, yang terakhir adalah pengamen. Mereka begitu tertib. Ada pelajaran yang sangat berharga dari diri mereka: meskipun mereka mempunyai tujuan yang sama (mencari nafkah), tetapi mereka tak sampai sikut-menyikut satu sama lain. Inilah pelajaran hidup yang selalu saya tanamkan dalam diri saya.
Tak lama, bus Damri pun mulai berjalan dan merangsek masuk ke Pintu Tol Moh. Toha. Saya pun mulai merasakan kantuk yang begitu dahsyat. Tak lama berselang, sayup-sayup kudengar suara gitar yang dimainkan oleh pengamen yang masuk berbarengan dengan para penjual tadi. Lagu Ulah Ceurik pun mengalun membahana. Lagu itu membuat saya tak mengantuk lagi. Setelah lagu itu, lagu-lagu yang lain pun mengalun indah bak lantunan penyanyi kawakan. Lagu-lagu pun disudahi. Sang pengamen menyodorkan wadah kepada para penumpang. Saya lihat dia mendapat rupiah yang lumayan banyak.
Hingga tak terasa, perjalanan pun telah tiba di Pintu Tol Cileunyi. Tak lama keluar pintu tol, tepatnya di depan AMC Hospital, kembali masuk pengamen yang lain dan para pedagang beragam makanan. Ada penjual air mineral, penjual roti kering, dan lain-lain. Mereka semua akan turun bus dan akan mulai 'beraksi' lagi ketika bus tiba di pangkalan Damri Jatinangor, tepatnya di Kampus Unpad Jatinangor.
Begitulah suasana setiap perjalanan saya menuju kampus tercinta saya. Ada perasaan syahdu yang menyusup tubuh ini. Perasaan pilu sekaligus memprihatinkan melihat fenomena anak jalanan yang berkeliaran mencari sesuap nasi.
***

1 komentar:

  1. wuaaaah...kangen Jatinangor...:((

    Damri...

    Btw..salam kenal..maaf aq ijin copas gambarnya ya..buat postingaku Antara Elang-Jatinangor...
    di http://siriusbintang.multiply.com

    BalasHapus