16 Mei 2009

Akhirnya, Tulisanku Dimuat

Akhirnya, Tulisanku Dimuat
Kamis, 17 Juli 2008, merupakan hari bersejarah bagiku. Hari itu aku merasakan bahagia yang tak terkira. Dunia terasa terang benderang menerangi perasaan, keinginan, harapan, dan cita-citaku untuk menjadi seorang penulis handal. Hari itu adalah saat kali pertama hasil karyaku berhasil menembus media cetak. Artikelku yang berjudul Sastra, Lingkungan, dan Kearifan Lokal, dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat, Bandung, Jawa Barat.
Nikmat dan bahagianya tak terhingga, bukan main. Karena saking bahagianya, aku langsung mengirim SMS ke semua orang yang dekat denganku: PD III, ketua jurusan, para dosen, orang tua, saudara, teman, dan masih banyak lagi hingga tak terhitung. Apalagi ketika mendapat honor tulisan pertama itu di hari berikutnya, kebahagiaanku semakin lengkap.
***
Senin, 21 Agustus 2006, aku masuk organisasi kepenulisan yang bernama Forum Lingkar Pena (FLP), tepatnya FLP Jatinangor. Awal masuk FLP adalah suatu ketaksengajaan bagiku. Malam Senin itu, aku di-SMS oleh pementorku – namanya Kang Fajri – di DKM Al-Mushlih Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, untuk mengikuti suatu acara. Dalam SMS itu, beliau tak menyebutkan acaranya apa. Namun, Kang Fajri memberikan ‘iklan’ bahwa ‘engkau akan menyesal seumur hidup jika tak mengikuti acara tersebut’. Barangkali karena ‘iklan’ itulah, aku pun jadi penasaran untuk mengikuti acara tersebut. Akhirnya kuputuskan untuk hadir pada acara tersebut.
FLP, aku sama sekali tak kenal dengan organisasi ini. Jangankan FLP, nama-nama organisasi kepenulisan serupa dengan FLP pun aku tak mengenalnya. Alasannya adalah aku memang kekurangan informasi mengenai organisasi-organisasi kepenulisan itu karena aku terlahir di kalangan yang jauh dari jangkauan informasi ter-update. Kampung halamanku sangat terpelosok dari hiruk-pikuk perkotaan dan memang benar-benar sangat minim akan fasilitas-fasilitas informasi, seperti, internet, surat kabar, buku, komputer, dan lain-lain. Hal itulah barangkali yang menjadi alasan utama mengapa aku sama sekali tak tahu dan tak mengenal FLP, bahkan organisasi-organisasi kepenulisan di bumi Nusantara ini.
***
Aku hadir di acara tersebut tepat pukul delapan pagi. Panitia memperkenalkan kepada para peserta yang hadir saat itu mengenai profil FLP Pusat dan FLP Jatinangor. Perlahan aku pun semakin tahu dengan seluk-beluk FLP, kegiatan-kegiatannya, para penulisnya, dan sebagainya. Belakangan, aku semakin akrab dengan para penulis yang lahir dari organisasi ini, seperti, Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Boim Lebon, M. Irfan Hidayatullah (kebetulan, beliau adalah seniorku di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran), Habiburrahman El-Shirazy, dan sejumlah nama lainnya.
Hari itu, Senin, 21 Agustus 2006, akhirnya saya resmi ‘dibaiat’ menjadi anggota FLP Jatinangor. Setelah acara pembukaan, kami mengikuti outbond. Setelah itu, mencurahkan apa yang kami alami ketika outbond itu ke dalam bentuk tulisan, seperti, cerpen, puisi, diari, dan sebagainya. Kemudian tulisan itu akan diserahkan ke panitia.
Saat itu aku menulis cerpen. Inilah kali pertama aku ‘menulis’ untuk orang lain, apalagi menulis dengan waktu yang diberikan panitia sangat sedikit. Meskipun laki-laki, saat SMA aku sering mencurahkan isi hatiku ke dalam diari yang kusimpan rapi di kamar. Entah berapa halaman diari telah kuhabiskan saat SMA dulu.
***
Waktu berjalan terus. Beragam acara yang bertemakan kepenulisan sering aku ikuti untuk memperoleh ilmunya, misalnya, seminar penulisan karya ilmiah, pelatihan menulis artikel di media massa, dan sebagainya. Selain ikut seminar, pelatihan, dan wokrshop kepenulisan itu, dengan ‘terpaksa’ aku banyak membeli buku mengenai cara menjadi penulis yang sukses dan menjadi penulis yang hebat. Selain itu pula, aku pun sering membaca novel yang berlabel ‘FLP’. Aku ingat betul novel yang berhasil khatam (selesai) kubaca pertama kali, yaitu Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. Setelah itu, aku pun jadi keranjingan untuk membaca buku, baik fiksi maupun nonfiksi, terutama karya-karya anak FLP.
Selain sering membaca, aku mencoba mengungkapkan ide-ideku ke dalam bentuk tulisan. Aku ingin mencoba menulis untuk orang lain, bukan untuk diriku saja. Itulah yang selalu kucamkan dalam diri. Beberapa artikel telah kuhasilkan, kemudian coba kukirim ke surat kabar. Namun, hasilnya nihil. Entah sudah berapa kali aku mengirimkan artikel dan cerpen ke media massa, tetapi tetap tak dimuat. Tak ada hasil. Hingga akhirnya aku merasakan kebosanan. Aku pun menjadi malas untuk menulis, vakum dari dunia menulis begitu lama.
***
April 2008, FLP Jatinangor mendapat undangan dari FLP Pusat untuk menghadiri Silaturrahmi Nasional FLP pada tanggal 11-13 Juli 2008 di Jakarta. Aku dan kedua temanku pun hadir di sana. Aku seakan-akan menjadi manusia kerdil yang sedang berada di tengah-tengah segerombolan manusia raksasa (baca: sejumlah penulis hebat dan ternama). Aku menjadi ‘malu’ sendiri karena belum mempunyai satu karya pun yang berhasil dimuat dan dipublikasikan. Ada ‘rasa’ tersendiri padaku ketika bertemu dan bertatap muka dengan para penulis buku ternama, seperti, Ahmad Tohari, Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Habiburrahman El-Shirazy, Boim Lebon, Fahri Asiza, dan masih banyak lagi.
Namun, aku tak patah arang. Aku tak boleh merasa kerdil. Aku ingin menjadi seperti mereka, bahkan insya Allah melebihi mereka. Itulah yang selalu kucamkan untuk memotivasi diriku sendiri.
Sepulang dari sana, ada seberkas cahaya yang memancar dalam jiwaku. Aku menjadi termotivasi untuk selalu menulis, menulis, dan menulis. Aku buka-buka materi Silaturrahmi Nasional FLP yang baru berlangsung beberapa hari yang lalu. Ada tiga makalah yang berhasil menarik minatku, yaitu milik Ahmad Tohari, Maman S. Mahayana, dan M. Irfan Hidayatullah. Dari ketiga ‘inspirasi’ itu, aku menulis artikel yang berjudul Sastra, Lingkungan, dan Kearifan Lokal (sesuai dengan tema Silaturrahmi Nasional FLP itu). Lalu artikel itu kukirim ke Kolom Literasi Kampus Harian Umum Pikiran Rakyat. Alhamdulillah tiga hari berikutnya, tepatnya pada tanggal 17 Juli 2008, artikel itu dimuat dan menjadi artikel pertama yang berhasil dimuat di media massa. Bahagianya bukan main.
Artikel yang pertama kali dimuat itu selalu kujadikan perangsang agar aku semakin aktif menulis. Alhamdulillah dengan keistiqamahanku, tulisan yang kuhasilkan telah berpuluh-puluh kali berhasil menembus berbagai media massa, seperti, Pikiran Rakyat, Galamedia, dan Bandung Ekspres. Aku sangat bersyukur kepada Allah yang telah memberikan jalan kepadaku sehingga aku menjadi seperti ini. Banyak sekali hikmah di balik semua peristiwa dan jalan hidup yang kualami selama ini.
Masjid Jami’ Iqro
Bumi Rancaekek Kencana, 16 Mei 2009
Pukul 13.41 WIB

1 komentar:

  1. Hmmmmmmm.....


    Terharu sekaligus ikut termotivasi lajunyo,..hehee

    Semangat terus be yo !!!

    N ditunggu artikel blognyo, coz blog ni dah aq link di blogku,..

    BalasHapus