10 April 2009

Mengenal Seluk-beluk Bandung


Mengenal Seluk-beluk Bandung
Judul : Made in Bandung
Penulis : Sherly A. Suherman
Penerbit : Mizan, Bandung
Tebal : 240 halaman
Cetakan : Pertama, Januari 2009
Bandung merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia. Berdasarkan sumber data yang saya temukan dari sumber yang berkompeten di bidangnya, Bandung merupakan kota ke-4 terbesar di bumi Nusantara ini, setelah Jakarta, Medan, dan Surabaya. Kota ini telah menyedot ribuan pasang mata karena berbagai ‘suguhan’ yang telah disajikannya. Bandung menyajikan ‘suguhan’ yang telah membuat warga luar Bandung menjadi terkesima. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, mulai dari udaranya yang sejuk; warganya yang ramah; harga sepatu, sandal, dan pakaian yang murah; sampai kepada alasan bahwa para wanita (mojang)-nya yang cantik-cantik. Semua itu telah menjadi daya tarik tersendiri bagi warga luar daerah untuk berkunjung ke kota Bandung ini.
Dalam perkembangannya, Bandung memang sudah sejak lama dikenal, sejak kota ini dibangun sebagai kota istirahat dan kota wisata. Sejalan dengan perkembangan pada awal abad ke-20 sampai sekarang, kota Bandung benar-benar mengalami pembangunan di segala sektor kehidupan. Fungsi kota Bandung pun bertambah. Bandung menjadi pusat pendidikan, pusat perekonomian, pusat seni dan budaya, serta dikembangkan menjadi kota jasa. Sekarang ini, Bandung sedang diciptakan sebagai “Kota Kreatif se-Asia” dengan ekonomi yang berbasis kreatif dan ide.
Dalam buku ini, Sherly A. Suherman mengungkapkan bahwa pencanangan visi Bandung sebagai kota kreatif sangatlah beralasan. Pada pertemuan di Yokohama, Jepang, akhir Juli 2007, Bandung mendapat kesempatan sebagai pilot project Kota Kreatif se-Asia Timur. Pemilihan ini berdasarkan program United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yang sedang memperkenalkan program The Creative Cities Network pada Oktober 2004. Melalui program ini, UNESCO menjajaki kota-kota di dunia yang memiliki sumber daya kreativitas.
Jika mendengar kata “kreatif”, Bandung bisa disebut sebagai kota “cikal-bakal” dari segala kegiatan anak muda yang kreatif. Kreativitasnya memengaruhi tren anak muda di berbagai kota, mulai dari hobi, pengetahuan, seni, dan budaya yang dapat menghasilkan sebuah keindahan, kepuasan, dan pendapatan, baik yang tradisional maupun yang modern.
***
Pada halaman 14-15 dalam buku ini, Sherly menulis begini, Bandung telah menyandang beberapa julukan, antara lain, The Most European City in the East Indies, Paradise in Exile (1750-an), Bandung Excelcior (1856), The Sleeping Beauty (1884), De Bloem der Indische Bergsteden (1896), Parijs Van Java (1920), Bandung The Garden of Allah (1921), Intelectuele Centrum Van Indie (1923), Europe in de Tropen (1930), Kota Pensiunan (1936), Kota Permai (1950), Kota Kembang (1950-an), Kota Konferensi, Kota Pendidikan, dan Ibukota Asia Afrika (1950).
Namun, kini beberapa julukan tersebut kiranya sudah tidak sesuai lagi dengan kenyataan yang sebenarnya di lapangan. Julukan Bandung sebagai Kota Kembang pun konon bukan karena Kota Bandung penuh dengan taman bunga, melainkan karena mojang-mojang (gadis-gadis) Bandung dikenal cantik dan menarik hati, seperti kuntum bunga yang mekar. Adapun mengenai julukan Paradise in Exile, De Bloem der Indische Bergsteden, Parjis Van Java, atau Bandung The Garden of Allah mungkin sekarang pun sudah tidak relevan. Pohon-pohon besar dan udara yang benar-benar sejuk hampir tidak dapat kita temui lagi di kota ini, kecuali di beberapa ruas jalan, seperti, Jalan Ganesha dan sekitar Jalan Taman Lalu Lintas.
***
Sekitar 1990-an, di Bandung mulai bermunculan factory outlet (FO), distro (clothing), indie band atau musik underground, dan Dago sebagai tempat hangout anak muda Bandung pada malam Minggu. Kafe-kafe dadakan berdiri di sepanjang Jalan Dago, dengan diiringi pemusik ‘dadakan’ pula, seperti, para mahasiswa, siswa, dan lain-lain, sehingga kita bisa menikmati malam Minggu dengan sangat menyenangkan.
Begitu banyak sebutan untuk Bandung yang menyimpan berjuta pesona, keindahan, dan kedamaian. Made in Bandung mengungkap hal lain tentang Bandung yang dikenal dengan Parijs van Java.
Buku ini memuaskan para pembaca mengenai sejarah Bandung dan fasilitas-fasilitas yang disediakan olehnya, terutama untuk para pengunjungnya. Dalam sejarah Bandung, akan dibahas mulai dari cikal-bakal Bandung dahulu sampai berkembang dan maju seperti sekarang ini, lalu mendeskripsikan bangunan-bangunan bersejarah, dan lain-lain. Adapun fasilitas-fasilitas yang disajikan Bandung adalah mulai dari menyajikan tempat nongkrong yang strategis bagi masyarakat sampai kepada menjelaskan rute kendaraan yang siap membantu para pembaca mengitari.
Buku ini berfungsi lebih tepatnya sebagai guide bagi para pengunjung dalam menikmati suasana Kota Bandung karena dilengkapi dengan pendeskripsian berbagai tempat yang dapat dijadikan referensi untuk para pengunjung tersebut. Dengan membaca buku ini, diharapkan dapat mempermudah para pengunjung luar daerah dalam menikmati suasana kota ini.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar