05 April 2009

Hebron Journal, Mencari Damai Tanpa Kekerasan


Memperjuangkan Perdamaian Tanpa Kekerasan 
Israel kembali melakukan agresi militernya ke Palestina pada akhir tahun 2008 lalu, tepatnya pada Sabtu, 27 Desember 2008. Israel berdalih serangan itu dilakukan untuk melakukan pembalasan terhadap Pasukan Hamas yang menyerang mereka. Serangan dilakukan dengan begitu gencarnya ke kubu Palestina tanpa pandang bulu. Wilayah seluas 40 kali 10 kilometer itu basah oleh darah dan tangis warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
Perseteruan keduanya memang tak pernah usai. Sejak dulu yang terjadi di sana hanya baku hantam, perang peluru, lempar batu, dan akhirnya korban pun berjatuhan. Ini sesuai dengan yang telah dijanjikan oleh Allah Swt dalam firman-Nya bahwa agama Islam, Yahudi, dan Nasrani, takkan pernah akur.
***
Foto Arthur G. Gish berdiri menghadang sebuah tank Israel dengan jarak tidak sampai satu meter itu begitu terkenal, sampai-sampai membuat gempar masyarakat muslim di Athens, sebuah kota kecil di bagian tenggara negara bagian Ohio, Amerika Serikat. Peristiwa 30 Januari lima tahun silam itu bermula ketika tentara menggusur pasar Palestina di Hebron, Tepi Barat. 
Arthur G. Gish, anggota Christian Peacemaker Teams asal Amerika Serikat itu mencoba menghalangi pengusiran tersebut meski harus berhadapan dengan mesin perang yang sangat menakutkan itu. Tak tanggung-tanggung, ia menghadang tank tersebut hingga moncong tank itu berhenti hanya beberapa sentimeter dari wajahnya.
Ia melihat satu demi satu pemukiman Palestina dirobohkan untuk dibangun perumahan orang Israel. Gish mencoba membangkitkan semangat orang Palestina untuk memperjuangkan hak mereka dengan cara damai.
***
Christian Peacemaker Teams dibentuk pada pertengahan 1980-an ketika jemaat gereja perdamaian mencari cara baru untuk mengekpresikan keyakinan mereka. CPT merupakan sebuah kegiatan swadaya masyarakat dan sebagian besar dukungannya datang dari para anggota gereja, kongregasi, dan berbagai pertemuan.
Dalam kata pengantarnya, Gene Stoltzfus, Direktur Christian Peacemaker Teams mengatakan bahwa perang rakyat telah pecah di berbagai tempat, termasuk di Amerika Tengah dan Amerika Utara, pemerintah AS berkali-kali dihubung-hubungkan dengan kelompok-kelompok elite dari sistem pemerintahan opresif yang ketinggalan zaman. Pada periode itu, muncul suatu kesadaran bahwa dengan menggunakan tenaga kreatif antikekerasan, orang-orang biasa mampu berdiri menghadang senjata dan mendorong cara-cara yang tidak menggunakan kekerasan agar terjadi perubahan.
Seruan awal untuk dibentuknya CPT ini didasari oleh dorongan kitab Injil untuk secara kreatif menjalankan layanan kepada umum dan untuk mencintai musuh dalam Semangat Yesus. Gereja-gereja perdamaian telah membawa hadiah penting berupa penolakan sepenuhnya untuk membunuh dalam situasi-situasi konflik. 
Gish tumbuh besar dalam lingkungan gereja yang menganut paham pasifis atau paham mutlak antikekerasan. Paham ini menolak secara tegas segala bentuk kekerasan. Maka dari itu, dengan segenap kemampuannya dia turut serta secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan memelihara perdamaian dunia dengan bergabung di CPT, seperti berangkat ke wilayah konflik Israel-Palestina. Dia telah pergi ke sana sebanyak 13 kali semenjak tahun 1995 sampai dengan tahun 2008.
Tujuan utama kegiatan yang dilakukan CPT ini adalah mendorong upaya-upaya perdamaian di tempat-tempat yang tengah konflik. Kegiatannya antara lain: mendokumentasikan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh tentara pendudukan, mendampingi keluarga-keluarga yang mencari anggota keluarga mereka yang hilang, dan lain-lain.
Kegiatan yang telah dilakukan Arthur G. Gish dan organisasi perdamaiannya, Christian Peacemaker Teams, mengingatkan saya dengan sesuatu yang telah dilakukan oleh Mahatma Gandhi di India pada pertengahan abad yang lalu. Keduanya memiliki kesamaan. Antara Gandhi dan Arthur Gish dkk sama-sama berjuang untuk perdamaian dengan cara tanpa kekerasan. Gandhi memperjuangkan kemanusiaan dengan konsep Ahimsa (tanpa kekerasan). Melalui perjuangannya, kasta Sudra yang sebelumnya dikucilkan, mulai mendapat perlakuan yang lebih manusiawi. Ia juga memperjuangkan hak-hak kaum wanita yang sebelumnya sangat tertindas di India. Melalui perjuangannya yang kenal lelah, akhirnya India memperoleh kemerdekaan dari Inggris. Selain Gandhi, kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh CPT sama juga dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Martin Luther King, Jr. dan Gerakan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat dan revolusi antikekerasan besar-besaran pada tahun 1989.
Pengalaman Arthur G. Gish menjadi sukarelawan penjaga perdamaian di kawasan paling panas seperti itu ditulisnya dalam Hebron Journal: Stories of Nonviolent Peacemaking. Buku ini adalah sebuah catatan harian Gish sewaktu dia hidup bersama-sama warga Palestina dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2001.
Catatan selama enam tahun sampai Januari 2001 ketika hidup di tengah pemukiman warga Palestina itu disusunnya dengan sangat menarik, dari yang lucu, mengharukan, menyedihkan, sampai tragis. Kesaksian Gish yang ada dalam bukunya ini lebih ditandai dengan dengan kejujuran dan ketulusan hati daripada kecanggihan akademik. Kesaksiannya ini pula telah memberi gambaran dari dekat kepada para pembaca mengenai situasi mengerikan yang telah “melampaui realitas”.
***
Keterangan:
Judul : Hebron Journal
Penulis : Arthur G. Gish
Penerjemah : Winny P., Anna F., dan Septina F
Penerbit : Mizan, Bandung
Tebal : 550 halaman
Cetakan : I, Juli 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar