07 April 2009

Mengasah Kreativitas Mahasiswa


Mengasah Kreativitas Mahasiswa Selama Kuliah
Judul : Dapat Apa Sih dari Universitas?
Penulis : Romi Satria Wahono
Editor : Suherman, M.Si., Deny Riana, dan Inayati Ashriyah
Penerbit : Zip Books
Tahun terbit : Cetakan I, Februari 2009
Tebal : xvi + 220 halaman
Dapat Apa Sih dari Universitas? Judul tersebut sungguh menarik. Judul buku ini diawali dengan suatu pertanyaan yang sangat menyentakkan. Judul tersebut seolah-olah menyatakan keragu-raguan dan ketidakyakinan terhadap kualitas lulusan dari universitas, terutama kualitas lulusan universitas di bumi Nusantara ini.
Sebagaimana telah diketahui dari berbagai media massa bahwa banyak sekali penganggur yang berasal dari kalangan kampus. Padahal, notabene-nya kampus adalah tempat para pemikir (ilmuwan). Mahasiswanya adalah ‘pembawa’ perubahan (agent of change) dan para penerus bangsa Indonesia tercinta ini. Akan tetapi, faktanya berkata lain. Kebanyakan dari mereka justru tak ‘kebagian’ di dunia pekerjaan dewasa ini. Fenomena itu mengkhawatirkan sekali.
Menurut saya, permasalahan yang ada pada mereka itu (penganggur dari kalangan kampus) adalah terletak pada kreativitas mereka. Kebanyakan dari mereka itu tidak mempunyai sebuah ‘jiwa kekreatifan’ dalam menjalani hidup yang ‘sebenarnya’, yaitu di dunia pekerjaan.
Andai saja mereka mempunyai ‘ide-ide gila’, misalnya, membuat usaha sendiri, menyediakan lapangan pekerjaan untuk orang lain dengan membuka bimbingan belajar atau usaha-usaha lainnya, maka sudah barang tentu mereka takkan khawatir ketika keluar dari kampusnya, mendapatkan titel sarjana. Intinya, setelah keluar dari kampus – camkan dalam diri mahasiswa – mereka bukan mencari pekerjaan pada orang lain, melainkan menciptakan pekerjaan untuk orang lain. Dengan begitu, tak terbayangkan lagi oleh kita para penganggur akan semakin berkurang dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, dan bahkan, dari tahun ke tahun. Dengan cara seperti itu pula berarti mahasiswa telah membantu pemerintah dalam mengentaskan pengangguran.
Kreativitas-kreativitas itu sebaiknya dikembangkan oleh setiap orang semenjak mereka duduk di bangku sekolah sampai kuliah di dunia kampus. Yang utama adalah ketika seseorang duduk di bangku kuliah. Alasannya apa? Karena di kampus jam kuliah lebih santai dibandingkan dengan ketika duduk di bangku SMA, SMP, dan bahkan, SD. Di kampus para mahasiswa lebih ditekankan untuk mengembangkan ilmunya secara sendiri, sedangkan dosennya hanya sebagai fasilitator, tempat berkonsultasi, dan lain-lain. ‘Kesempatan’ itulah sebaiknya digunakan para mahasiswa untuk mengembangkan soft skill mereka masing-masing, misalnya mengikuti pelatihan-pelatihan, mempertajam bahasa Inggris, mengasah terus dunia komputerisasi, bergelut di berbagai organisasi, dan keahlian-keahlian lainnya.
Mas Romi mengungkapkan dalam bukunya ini, dalam setiap tempat mencari ilmu seperti halnya sekolah-sekolah, kampus, dan lembaga-lembaga pelatihan, mempunyai tujuan untuk meningkatkan lima hal, sebagai berikut: knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan), technique (teknik), attitude (sikap), dan experience (pengalaman).
Di dalam buku ini, Romi Satria Wahono mengkomparasikan suasana pendidikan di kampus-kampus Nusantara dengan tempat kuliahnya dulu di Jepang. Kata Mas Romi, orang Jepang dan orang Indonesia sungguh jauh berbeda, terutama dalam hal membaca buku. Di Jepang setiap orang selalu membawa buku ke mana-mana. Adapun di Indonesia sebagaimana telah diketahui bersama bahwa sungguh sulit melihat orang yang selalu membawa buku ke mana-mana.
Buku ini boleh dibilang buku yang ditujukan untuk para entrepreneur, tepatnya untuk para mahasiswa yang mengambil ‘usaha sampingan’ sebagai entrepreneur di masa-masa kuliahnya. Di dalam buku ini akan diungkap mengenai kreativitas sebagai sebuah proses yang dipraktikkan. Di dalamnya juga akan disajikan ‘software-software’ tertentu yang akan menambah kilauan jiwa dan ruh dalam setiap kehidupan.
Buku ini sangat tepat dibaca oleh para pelajar, baik mahasiswa maupun siswa dalam mengembangkan soft skill yang telah dimiliki selama ini sehingga mempunyai ‘nilai jual’ yang tinggi, terutama dalam bidang IT. Walaupun pembahasannya mengenai dunia IT yang lumayan rumit, buku ini ditulis dengan bahasa sederhana ala Mas Romi sehingga yang rumit itu dapat dipahami dengan sangat mudah.
Sungguh menarik komentar dari sang editor buku Dapat Apa Sih dari Universitas?, Suherman, M.Si., di dalam kata pengantarnya. Beliau berkata begini, kesederhanaan adalah kata yang terasa sangat pas mewakili keberwujudan Mas Romi, baik di dalam nyata maupun di alam maya. Bahasa kesederhanaan ini sering beliau pakai pada setiap show dalam ‘keluyuran ilmiah’-nya maupun dalam tulisannya di alam maya.
***
Dimuat di Harian Umum Galamedia, 27 April 2009

2 komentar:

  1. Romi Satria Wahono memang seorang pemerhati pendidikan yang aktif.

    Dulu aku teraso buka situs pribadinyo,..dan semua yang ada di sano berisikan pembelajaran - pembelajaran bagaimana caranya agar seseorang itu bisa sukses terutama di bidang entrepreneur.

    Lulusan SMA Taruna Nusantara Malang ini memang aktifis pendidikan yang patut dijadikan contoh. Seorang yang produktif,...

    BalasHapus