06 April 2009

Globalisasi Merusak Moral Remaja

Globalisasi Merusak Moral Remaja
Sungguh sangat menarik ketika membaca liputan di Harian Bandung Ekspres Edisi Rabu, 11 Februari 2009 kemarin pada halaman 13. Tulisan itu berjudul ‘Tolak Kalau Diajak ML’. Pada awal tulisan itu ditulis begini, “Memperhatikan pergaulan remaja, apalagi remaja putri, bukan melulu menjadi masalah sepihak, namun itu menjadi masalah semua pihak”. Memang benar, pergaulan remaja adalah masalah kita bersama. Moral remaja – apalagi pada era modernisasi dan globalisasi seperti ini – sangat harus diperhatikan. Jika terpeleset, maka lambat laun moralnya akan berbahaya.
Dalam kondisi masa kini yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi seperti ini, banyak kalangan yang menganggap bahwa kondisi kehidupan masyarakat Indonesia dewasa ini – khususnya generasi muda – berada dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan. Remaja bangsa ini sekarang banyak yang telah meninggalkan budaya asli Indonesia yang selalu mengedepankan adat ketimurannya.
Dahulu adat ketimuran ini dipegang sangat erat oleh masyarakat Indonesia – terutama oleh orang pedesaan. Akan tetapi, sekarang pola pikir masyarakat Indonesia telah bergeser menuju kebarat-baratan. Hal ini disebabkan oleh kuatnya pengaruh globalisasi yang menerpa para generasi muda Indonesia masa kini, seperti melalui internet, handphone, televisi, dan lain-lain.
Penulis menilai bahwa arus modernisasi dan globalisasi itu mempunyai banyak nilai positif dan negatifnya:
Segi positifnya, informasi yang didapat menjadi lebih cepat dan akurat daripada masa-masa sebelumnya yang kebanyakan masih menggunakan cara-cara manual. Selain itu, semua orang juga merasa senang apabila ikut serta terhadap perkembangan zaman. Mereka tidak mau dikatakan ketinggalan zaman. Malah orang yang tidak mengikuti era globalisasi ini seringkali diejek oleh teman sejawatnya.
Sisi negatif dari arus modernisasi dan globalisasi pun juga tak kalah sedikitnya, fasilitas-fasilitas yang ada di era globalisasi ini sebagian besar disalahgunakan oleh para penggunanya. Contoh, internet sekarang ini sering dijadikan arena untuk mencari situs-situs porno, handphone digunakan untuk menyimpan data-data yang tidak mendidik moral seseorang, dan lain-lain.
Hal yang sangat mengkhawatirkan adalah para penikmat ‘aksesoris-aksesoris’ era modernisasi ini kebanyakan melakukan hal-hal yang sebagaimana diungkapkan di atas. Yang membuat hati semua masyarakat Indonesia miris lagi, objeknya adalah para remaja, sang penerus bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
Para remaja bukannya ‘disibukkan’ untuk menuntut ilmu dalam meneruskan pembangunan bangsa ke depan, melainkan disibukkan dengan menikmati ‘hiburan-hiburan’ yang tersaji pada era globalisasi sekarang ini, seperti handphone, televisi, dan lain-lain. Bahkan, ‘hiburan-hiburan’ yang bersifat negatif pun mereka terima dan nikmati. Mereka tidak sadar bahwa hal itu akan memorak-porandakan negara ini dalam waktu beberapa saat lagi.
Bagi para produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar bisnis yang sangat potensial karena pola konsumsi seseorang itu terbentuk pada saat usia remaja. Di samping itu, remaja juga sangat mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan sesuatu yang dimilikinya, misalnya uang atau harta benda.
Sifat-sifat di atas itulah yang dimanfaatkan oleh para produsen untuk memasuki ‘pasar remaja’. Jadi sering sekali kita lihat di televisi-televisi bahwa intensitas acara remaja itu lebih banyak daripada acara kalangan usia lain.
Salah satu karakter yang khas di kalangan remaja adalah identifikasi (peniruan dan penyeragaman) dalam suatu kelompok. Untuk itu, mereka biasanya membutuhkan panutan untuk dijadikan contoh. Saat ini, kita harus mengakui bahwa remaja masa kini miskin figur panutan yang bisa dijadikan contoh. Betapa tidak, di satu sisi mereka sangat membutuhkan seseorang yang dapat dijadikan panutan, sedangkan di sisi lain mereka disuguhi panutan-panutan yang berlaku negatif yang sering tampil di layar-layar televisi, misalnya pemain sinetron yang sering memerankan adegan berpacaran, berpegangan tangan antar lawan jenis, dan lain-lain.
Penulis akan memberikan contoh pengaruh globalisasi dan modernisasi terhadap moral remaja dewasa ini. Kuatnya pengaruh tontonan televisi terhadap perilaku seseorang telah dibuktikan lewat penelitian ilmiah. Seperti diungkapkan oleh American Psychological Association (APA) pada tahun 1995 bahwa tayangan yang bermutu akan memengaruhi seseorang untuk berperilaku baik. Sedangkan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk. Bahkan, penelitian itu menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan orang adalah hasil dari pelajaran yang mereka terima dari media semenjak usia anak-anak.
Sebuah penelitian tentang pergaulan remaja di kabupaten Bandung memberikan informasi kepada kita bahwa sekitar 40 % remajanya sudah pernah berciuman dengan pasangannya. Sedangkan 60 % remaja Bandung pernah bersentuhan dengan teman lawan jenisnya. Dalam hal ini seperti berpegangan tangan, dan lain-lain. Kemudian sekitar 25 % dari data itu sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Hasil penelitian tersebut menjadi keprihatinan tersendiri bagi kita semua, mengingat kabupaten Bandung belumlah menjadi daerah yang modern seperti halnya kota Bandung.
Untuk menanggulangi permasalahan di atas diharapkan peran aktif pihak keluarga terutama para orang tua dalam mendidik anak-anaknya agar anak-anaknya tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang negatif. Orang tua hendaklah memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya. Sesungguhnya nilai moral dan budi pekerti yang merupakan fondasi utama perilaku baik dapat dimiliki oleh setiap orang dari keteladanan orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat yang diidolakannya.
Pemahaman dan pengamalan ajaran agama semenjak dini pun diyakini dapat menanggulangi permasalahan di atas. Pengetahuan agama akan membentengi seseorang dari perilaku amoral, kriminal, dan budaya-budaya asing yang negatif.
***
Dimuat di Harian Umum Bandung Ekspres, 12 Februari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar