25 Agustus 2009

Mengajar, Penembang Nasyid, dan Penulis


Profil M. Irfan Hidayatullah
Pengajar, Penembang Nasyid, dan Penulis
Nama : M. Irfan Hidayatullah
Tempat tanggal lahir: Tasikmalaya, 3 Maret 1973
Alamat : Jalan Bumi Sentosa 27 Perumahan Sentosa Asih Jaya Kelurahan Cipamokolan Kecamatan Rancasari Bandung
Pekerjaan : Dosen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran
Ketua Forum Lingkar Pena (2005-2009)
Istri : Dwi Siwi Retnoningsih
Anak : Izzati Husnul Amali
Ahmad Fawwaz Hidayatullah
"Saya memang menikmati karya sastra. Setidaknya, saat membacanya saya merasakan ada sebuah rasa muncul dalam jiwa. Sebuah rasa menjadi. Ya, rasa menjadi lebih kaya, rasa menjadi lebih ingin berpikir ulang, rasa menjadi lebih gelisah, rasa menjadi lebih banyak bertanya, dan rasa menjadi yang lainnya yang membuat saya tidak mau meranjak. Selain itu, saya juga penikmat proses kreatif bersastra. Setidaknya, saat saya mengalami proses persalinan sebuah cerpen. Ya, saya begitu menikmatinya dan bahkan mencermati proses itu yang kadang begitu rumit."
Itulah sekelumit pemikiran M. Irfan Hidayatullah yang ditulisnya dalam sebuah buku yang berjudul Dapur Kreativitas Para Juara (DAR! Mizan, Desember 2003). Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan para penulis yang isinya menceritakan tentang suka-duka mereka dalam berselancar dengan dunia kepenulisan.
Selain menelusuri pemikirannya lewat tulisan-tulisannya, Bandung Ekspres juga berkesempatan untuk mewawancarainya langsung beberapa waktu lalu.
Dari pernyataan Irfan di dalam buku tersebut, dapat diketahui memang membaca tulisan (karya sastra) memiliki nilai tersendiri di dalam jiwa seseorang. Setidaknya, dengan membaca tulisan seseorang akan menjadi lebih berpikir mengenai sesuatu yang dibaca dalam tulisan tersebut.
Penulis juga yang menjabat sebagai Ketua Forum Lingkar Pena sejak tahun 2005 ini mulai menulis sejak kelas II SMP di salah satu sudut Kota Tasikmalaya. Tulisan pertama yang dihasilkannya berbentuk puisi. "Saya mulai menulis sejak kelas II SMP. Puisi itu untuk dikonsumsi sendiri," ujarnya saat diwawancarai Bandung Ekspres.
Akan tetapi, kata Irfan, setelah itu banyak temannya yang tahu bahwa dia suka menulis puisi. Bermula dari sana, banyak pula karya puisinya yang digemari oleh teman sejawatnya. Ada suatu cerita yang unik setelah puisinya digemari teman-temannya. Akhirnya itu pun menjadi objek bisnis yang menggiurkan baginya. Menulis bisa menjadi sumber penghasilan.
"Puisi-puisi itu saya jual kepada teman-teman seharga Rp 100 per puisi. Yang membeli biasanya teman laki-laki. Mereka biasanya ingin menghadiahi pacarnya dengan puisi-puisi," ujar Irfan sembari tertawa kecil mengenang masa lalunya.
Kegiatan menulisnya tak hanya sampai di sana, di sela-sela kesibukan menimba ilmu di tingkat SMA dan kuliah pun Irfan masih menyempatkan diri untuk menulis. Masa SMA Irfan mulai mengembangkan sayapnya dengan menulis cerita pendek (cerpen). Dunia kampus semakin membuat menggebu-gebu untuk selalu menulis, ditambah lagi dengan banyak pemikiran dari berbagai objek yang masuk ke dalam otaknya, mulai dari mulut dosen hingga buku-buku yang menghiasi perpustakaan kampus. Semua itu menjadi inspirasi tersendiri bagi Irfan dalam mengembangkan ide tulisannya.
Masa kuliahnya di Universitas Padjadjaran dihabiskan dengan membaca karya-karya sastra penulis ternama, seperti, Ahmad Tohari, Ajip Rosidi, dan lain-lain. Selain itu, bapak dua anak ini aktif pula menulis artikel dan puisi atau syair (ini salah satu karya unggulannya). Tahun 1994, tepat di tahun keduanya kuliah, artikel pertamanya dimuat di surat kabar Mandala (sekarang tidak cetak lagi). Setelah itu, artike-artikelnya pun berkali-kali dimuat di media-media lainnya yang tersebar di seantero Kota Bandung.
Di samping menulis artikel, suami dari Dwi Siwi Retnoningsih ini juga menulis cerpen. Cerpen pertamanya yang berhasil naik cetak adalah kumpulan cerpen Merajut Cahaya (Syaamil). Irfan juga melebarkan sayap dunia yang telah membesarkan namanya itu dengan menulis novel. Novel pertamanya yang telah terbit adalah Dari Ruang Tunggu (2004). Tercatat, kini pria asli Tasikmalaya ini telah menulis 11 karya sendiri (novel dan antologi puisi) serta sekitar 25 karya berupa antologi dengan penulis-penulis lainnya. Beberapa syairnya pun termasuk dalam lirik-lirik Grup Nasyid Mupla. Irfan juga termasuk dalam personil grup nasyid yang terkenal di berbagai sudut Kota Bandung tersebut.
Aktivitas M. Irfan Hidayatullah sekarang beraneka ragam. Dia aktif menjadi dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Bandung dan personil Grup Nasyid Mupla. Selain itu, beliau juga sedang aktif menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia. Kini dia tengah mengejar gelar doktor di kampus tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar