07 Agustus 2009

Banting Setir: Dari Wartawan ke Penulis Buku


Profil Tasaro GK
Banting Setir: Dari Wartawan Ke Penulis Buku
***Jatuh Bangun Selama Tiga Tahun Karyanya Tak Diterima Penerbit***
Nama : Tasaro atau Taufiq Saptoto Rohadi
Tempat tanggal lahir : Gunung Kidul, DIY, 1 September 1980
Alamat : Tanjung Sari, Sumedang, Jawa Barat
Karya-karya :
Samita: Bintang Berpijar di Langit Majapahit (DAR! Mizan, 2004)
Wandu (Berhentilah Menjadi Pengecut!), menjadi Juara I Lomba Menulis Novel Tingkat Nasional Forum Lingkar Pena (FLP) Award 2005
Rumah Hati (Syamil, 2005)
Di Serambi Makkah (DAR! Mizan, 2005), buku terbaik Adikarya Ikapi 2006
Oh, Achilles, buku terbaik Adikarya Ikapi 2007
Galaksi Kinanthi (Salamadani, 2009)
Takhta Nirwana (Qanita, 2009)
Nama Tasaro tak asing lagi di telinga para pembaca. Namanya sering terpampang di spanduk-spanduk kegiatan kepenulisan yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi, seperti, seminar, talkshow, diskusi, dan aneka acara kepenulisan lainnya. Penulis kelahiran Gunung Kidul, DIY tersebut, telah melanglangbuana ke berbagai penjuru daerah mengisi berbagai acara sebagai pembicara.
Ya, Tasaro. Itu merupakan nama penanya. Nama sebenarnya adalah Taufiq Saptoto Rohadi. Nama Tasaro merupakan akronim dari ketiga kata nama aslinya tersebut. Kini, penulis yang telah beberapa kali mendapat penghargaan ini dikenal pula dengan nama Tasaro GK. GK merupakan salah satu karya yang ditelurkannya pada awal tahun ini, yaitu Galaksi Kinanthi (Salamadani, 2009).
Masa kecilnya ketika di tanah Jawa begitu bahagia. Sejak kecil memang telah digiring dan diarahkan oleh ibunda tercintanya, Umi Daridjah, untuk menjadi seorang penulis.
Sejak duduk di bangku kelas 1 SD Trowono I, Tasaro telah mulai menulis puisi dan buku harian. Penulis yang menyukai segala jenis tulisan ini pun sering membawakan puisi karyanya maupun karya sang bunda dalam berbagai acara sekolah dan pagelaran desa.
Ibunya pula yang memoles kecintaan Tasaro terhadap seni. Minatnya yang beragam mengantarnya pada berbagai ajang lomba ataupun pertunjukan, baik yang digelar di desa maupun di sekolahnya. Mulai mengarang, menyanyi, menari, menggambar, sampai seni peran, dia pelajari dengan begitu tekun.
Selesai SD, dia pindah ke Kota Yogyakarta. Awal tahun 90-an, minat penulis yang juga menyukai beragam jenis musik ini terhadap dunia penulisan semakin menggebu-gebu. Kelas II SMP, Tasaro menulis cerita bergambar yang dihadiahkannya kepada seorang teman di SMPN 4 Yogyakarta, tempatnya menimba ilmu kala itu.
Selain aktif menulis, minat Tasaro terhadap kegiatan kepemimpinan dan organisasi begitu kuat. Dia sempat tercatat menjadi Ketua OSIS SMA Mataram Yogyakarta, pemimpin Paskibra, dan aktif juga ambil bagian dalam kegiatan majalah dinding (mading) sekolah. Waktu itu pula dia menulis novel yang tak selesai dengan judul "Sakura".
Begitu masuk perguruan tinggi, Tasaro semakin bersemangat menghidupkan kecintaannya terhadap dunia tulis-menulis. Hal ini terbukti. Saat masuk perguruan tinggi, dia mengambil Jurusan Jurnalistik di PPKP Universitas Negeri Yogyakarta. Di kampus inilah, Tasaro mendalami ilmu kewartawanan dan seni menulis fiksi. Berbagai kegiatan jurnalistik dia lakoni di kampus tempatnya menimba ilmu tersebut.
Setelah lulus kuliah pada tahun 2000, Tasaro melanjutkan minat jurnalistiknya dengan menjadi wartawan di Harian Pagi Radar Bogor (Jawa Pos Grup). Selain meliput kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa, Tasaro juga aktif di luar liputan, antara lain, menulis novel, mengajar jurnalistik, dan menyempatkan diri untuk kuliah di salah satu kampus Islam di kota hujan tersebut. Selama tiga tahun, dia jatuh bangun karena tak satu pun penerbit atau lomba fiksi yang meloloskan karyanya.
Akhirnya, masa menunggu itu usai. Karya pertamanya, yaitu Samita: Bintang Berpijar di Langit Majapahit (DAR! Mizan, 2004) terbit. Novel tersebut berkisah tentang dunia silat yang ikut terinspirasi oleh sandiwara-sandiwara yang sering hadir di radio.
Pria kelahiran 1 September 1980 ini juga pernah menjadi redaktur pelaksana Harian Pagi Radar Bandung (Jawa Pos Grup). Di koran tempatnya bekerja dulu tersebut juga Tasaro sering mengisi berbagai kolom, antara lain "Ngerumpi" dan menulis cerita bersambung.
Entah telah berapa karyanya yang telah beredar di hadapan pembaca karena saking banyaknya. Tahun ini, karya-karya yang berhasil diterbitkan adalah Galaksi Kinanthi (Salamadani, 2009) dan Takhta Nirwana (Qanita, Juni 2009).
Aktivitas penulis yang tinggal di lereng Gunung Geulis, Jatinangor, ini sekarang adalah menjadi Chief Editor Salamadani Publishing dan Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Barat. Tasaro juga aktif mengisi diskusi, seminar, dan pelatihan kepenulisan di berbagai daerah. Dari awal bulan Juni lalu hingga beberapa bulan ke depan, Tasaro juga menjadi pembimbing (pementor) peserta Beasiswa Menulis Karya Terobosan yang terselanggara atas kerjasama FLP Jawa Barat dan Penerbit Salamadani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar