07 Agustus 2009

Mendidik dengan Menulis Buku Anak


Profil Benny Ramdhani
Mendidik dengan Menulis Buku Anak
Nama : Benny Ramdhani
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 15 November 1970
Pekerjaan : Penulis novel anak
Beberapa Karya :
* Trilogi Garuda di Dadaku (Mimpi Sang Garuda, Garuda di Dadaku, dan Garuda Mengejar Matahari)
* Buku Jika Aku Jadi Kucing memperoleh penghargaan sebagai pemenang ketiga Adikarya Ikapi 2007
* SBeberapa karya lainnya, seperti, novel anak, kumpulan cerpen, kumpulan dongeng, dan pictorial book

Beberapa waktu lalu, tepatnya pada masa liburan sekolah, sebuah film bagus hadir menghiasi bioskop-bioskop di tanah air. Film tersebut berjudul Garuda di Dadaku.
Film anak itu menceritakan tentang keinginan yang kuat seorang anak untuk menjadi pemain sepakbola terkenal. Cita-citanya telah bulat dan tak bisa diganggu gugat oleh siapapun, termasuk oleh kakeknya.
Film tersebut telah menempati posisi tertentu di hati para penonton Indonesia. Banyak sekali pelajaran dari film tersebut, terutama penanaman cita-cita sejak kecil.
Itu versi filmnya. Film Garuda di Dadaku merupakan hasil adaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama. Di balik kesuksesan film tersebut ternyata tak lepas dari peran penting sosok penulis novelnya sendiri, yaitu Benny Ramdhani.
Bandung Ekspres beberapa waktu lalu berhasil mewawancarai sang penulis Garuda di Dadaku, yang telah menelurkan puluhan karya anak ini di kantornya.
Kak Benny - panggilan akrabnya - telah menulis cerita dan dongeng anak-anak sejak usia sepuluh tahun. Akan tetapi, karyanya baru dimuat di Majalah Bobo ketika dia duduk di kelas tiga SMP.
Hingga kini beliau telah menulis ratusan cerpen dan dongeng anak di berbagai media cetak. Kegemarannya adalah membaca buku dan berselancar di internet. "Buku yang paling saya gemari adalah buku anak. Dari kecil hingga dewasa seperti sekarang, buku anak tetap saya sukai," selorohnya.
Hobi membaca buku-buku anak membuat pria kelahiran 15 November ini semakin giat berkiprah bergelut di dunia kepenulisan anak-anak. Beberapa karya khusus anak telah dihasilkannya, antara lain, novel, dongeng, cerita pendek (cerita pendek), dan lain-lain.
Benny mengungkapkan, menulis buku anak itu banyak tantangannya. "Memang menjadi penulis anak itu sangat berbeda dengan menulis buku-buku dewasa dan jenis buku lainnya, terutama masalah royalti. Menulis buku anak memiliki royalti yang lebih sedikit daripada menulis jenis buku yang lain," ujar bapak satu anak ini.
Selain tantangan itu, Benny menuturkan, menulis buku-buku anak juga memiliki beberapa tantangan lainnya, yaitu memiliki misi suci untuk mencerdaskan anak-anak Indonesia. Misi suci tersebut, antara lain, meningkatkan minat baca, memberikan pendidikan yang baik, dan lain-lain.
"Selain menulis, seorang penulis buku anak juga ditantang untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Oleh karena itu, penulis buku anak harus bisa menghasilkan karya dengan semaksimal mungkin agar seluruh anak Indonesia gemar membaca," kata suami dari Titin Hartini ini.
Benny menuturkan, itulah tantangan menulis buku-buku anak. Dengan demikian, tantangan penulis anak bukan hanya sebatas idealisme, melainkan juga memberikan pendidikan kepada penerus bangsa ini. "Dengan begitu, penulis anak akan tertantang untuk memperbaiki nasib bangsa," ucapnya.
Benny mengkritik buku-buku anak impor yang beredar bebas di masyarakat beberapa tahun belakangan ini. "Anak-anak sekarang justru lebih suka membaca buku impor, seperti, komik, novel anak, dan lain-lain, daripada membaca buku anak hasil karya dalam negeri," sesalnya.
Meskipun menyukai karya-karya tersebut, lanjut Benny, tetap saja terkadang ada sisi yang tak boleh dikonsumsi oleh anak-anak Indonesia. Buku-buku impor belum tentu memiliki pengaruh positif bagi anak-anak. Perbedaan budaya dari isi buku tersebut menjadi permasalahan utama. (yan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar